Tari Perang Kawasaran dalam Sorotan Lensa Armando Loho

TOMOHON, LENSA-INDO.COM – Tarian adat Minahasa yang sarat nilai keberanian dan spiritualitas, Tari Perang Kawasaran, kini kembali menggema melalui karya dokumentasi visual Armando Loho, fotografer dan peneliti budaya asal Tomohon. Dalam upaya pelestarian budaya lokal, Armando menjadikan Kawasaran sebagai salah satu subjek utama dalam eksplorasi seni dan tradisi Minahasa.

Tari Kawasaran—yang ditampilkan secara khas oleh para lelaki dengan busana perang merah-hitam, gerakan ritmis, serta penggunaan senjata tradisional seperti pedang dan tombak—merupakan warisan budaya Minahasa yang dahulu menjadi bagian integral dari sistem keprajuritan tradisional dan perlindungan kampung. Ia bukan hanya pertunjukan, melainkan manifestasi dari keberanian, kehormatan, dan tanggung jawab sosial.

Berdasarkan kajian akademisi dan budayawan Sulawesi Utara, istilah “Kawasaran” berasal dari dua kata: kawas, yang berarti pelindung, dan saran, yang berarti jalan atau tempat. Ini menjelaskan esensi tarian tersebut sebagai simbol dari para prajurit penjaga tanah Minahasa.

Dalam penelusurannya yang dimulai sejak 2021 dan diperdalam hingga 2022, Armando mengunjungi berbagai wilayah adat, mendokumentasikan penampilan Kawasaran baik dalam konteks sakral upacara adat maupun pertunjukan kontemporer. Ia tak sekadar menjadi pengamat, melainkan terlibat aktif berdiskusi dan belajar langsung dari tetua adat, pemuka budaya, dan para pelaku seni tradisional.

“Tari Kawasaran bukan sekadar seni gerak. Ia adalah bahasa jiwa kolektif orang Minahasa yang mengekspresikan perlawanan, perlindungan, dan penghormatan terhadap leluhur,” ujar Armando dalam salah satu pameran visual yang ia kurasi.

Melalui proyek dokumenter ini, Armando juga memproduksi video edukatif dan pameran foto bertema naratif, yang kemudian dipublikasikan melalui kanal digital dan kegiatan budaya lokal. Pendekatannya menggabungkan visual, sejarah, dan narasi filosofis, menjadikan karya tersebut relevan dan mudah diakses oleh generasi muda.

Tujuan utamanya, sebagaimana ia sampaikan, adalah agar Kawasaran dikenali bukan sekadar sebagai hiburan atau atraksi wisata, tetapi sebagai identitas Minahasa yang hidup dan mengakar dalam nilai serta sejarah. Upaya ini dinilai penting di tengah arus modernisasi yang kerap menggeser nilai-nilai budaya lokal.

Armando Loho adalah satu dari sedikit generasi muda Minahasa yang menempatkan budaya leluhur bukan hanya sebagai warisan, tetapi sebagai tanggung jawab. Dalam tiap sorotan lensanya, ia menyampaikan pesan: jangan biarkan generasi lupa pada tanah pijaknya sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *