Armando Loho dan Misi Membumikan Kembali Tari Maengket, Warisan Kolektif Minahasa

TOMOHON, LENSA-INDO.COM – Salah satu kekayaan budaya tak benda Minahasa, Tari Maengket, tengah dihidupkan kembali oleh Armando Loho, pegiat budaya dan pendiri Sanggar Kamang Wangko Woloan. Lewat pendekatan dokumentasi, pelibatan komunitas, dan distribusi digital, Armando berupaya membumikan kembali tarian adat yang sarat makna spiritual dan sosial ini agar tetap relevan bagi generasi masa kini.

Dikenal sebagai tari rakyat Minahasa, Maengket dulunya dipentaskan sebagai bagian dari ritus panen, kerja kolektif, dan selebrasi kehidupan, mencerminkan nilai-nilai gotong royong dan keharmonisan dengan alam serta leluhur. Menurut kajian yang dikompilasi oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Sulawesi Utara, Maengket terdiri dari tiga bagian utama:

  • Maowey Kamang (ungkapan syukur atas panen),
  • Marambak (kebersamaan dalam membangun rumah), dan
  • Lalayaan (ritual cinta dan pemilihan pasangan hidup).

Kegiatan pelestarian yang dilakukan Armando tidak sebatas pengarsipan. Ia merekam beragam versi Maengket yang hidup di komunitas-komunitas adat, lalu mengemasnya menjadi konten visual edukatif berupa dokumenter, video pendek, dan foto naratif. Semua materi itu disebarluaskan melalui media sosial dan pameran budaya, menjangkau audiens lintas usia, termasuk pelajar dan guru.

“Maengket bukan sekadar tarian, ia adalah warisan nilai-nilai kolektif orang Minahasa—tentang kerja sama, spiritualitas, dan relasi sosial yang kuat,” kata Armando saat ditemui dalam sesi pelatihan budaya lintas sekolah di Tomohon.

Lebih dari sekadar dokumentasi, sanggar yang ia dirikan juga menggelar latihan terbuka, pertunjukan lintas sekolah, dan diskusi budaya untuk menghidupkan praktik Maengket di tengah masyarakat modern. Pelibatan generasi muda menjadi fokus utama, agar warisan ini tak berhenti di satu generasi.

Upaya ini menjadi semakin penting mengingat tantangan yang dihadapi tradisi lokal di tengah arus budaya global dan dominasi budaya populer. Dengan mengadaptasi media digital sebagai medium penyampai tradisi, Armando berharap Maengket tidak hanya dilihat sebagai artefak masa lalu, tetapi sebagai identitas hidup yang terus berdenyut dalam keseharian masyarakat Minahasa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *