Armando Loho: Cerita Rakyat Adalah Akar Identitas Minahasa

TOMOHON, LENSA-INDO.COM – Suasana Gedung Serba Guna BHK Woloan tampak meriah pada Rabu (8/10) ketika 23 siswa SD dan SMP se-Kecamatan Tomohon Barat tampil dalam Lomba Cerita Rakyat Minahasa Dialek Tombulu. Kegiatan ini merupakan puncak rangkaian lokakarya tiga hari yang sebelumnya dilaksanakan di Amphiteater Woloan, dengan mengusung tema “Merawat Akar, Menyemai Cerita.”

Acara dibuka dengan penampilan Tari Maengket dari SMP Kristen Woloan yang langsung menghidupkan suasana. Dilanjutkan dengan ucapan selamat datang dari Ketua Panitia, Frans Pusung.

Pemerintah Kota Tomohon melalui Jane Kures, SE, Lurah Woloan I Utara, menyampaikan sambutan pembuka.

“Kami bangga dan berterima kasih, karena melalui kegiatan ini anak-anak kita bukan hanya tampil, tetapi juga belajar mencintai budaya daerahnya sendiri. Ini adalah bagian dari upaya bersama menjaga identitas Tomohon dan Minahasa,” ungkap Jane.

Setelah itu, Irene D.C. Rindorindo, S.S., M.Hum, mewakili Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Utara, secara resmi membuka lomba dengan menabuh tambur dan tetengkoren bersama pemerintah kelurahan, panitia, dan dewan juri.

“Melalui lomba ini, mari kita jadikan bahasa daerah sebagai kebanggaan bersama. Anak-anak harus berani menggunakan bahasa Tombulu, karena di dalamnya ada jati diri dan sejarah orang Minahasa,” ujar Irene dalam sambutan pembukaannya.

Salah satu peserta lomba sementara beraksi diatas panggung

Lomba kemudian berlangsung dengan penuh antusias, diikuti 23 peserta yang didukung oleh guru pembimbing, orang tua, dan rekan-rekan sekolah.

Dewan juri terdiri dari Irene D.C. Rindorindo, S.S., M.Hum (Fasilitator Literasi), Rikson Karundeng, M.Teol (sastrawan/penulis buku), dan Oktafian Ngala (penutur Tombulu).

Ketiga Juri dalam Lomba Cerita Rakyat Minahasa Dialek Tombulu

Usai perlombaan, Irene kembali menyampaikan apresiasi mewakili dewan juri.

“Walaupun ini hanya di tingkat kecamatan, suasana lomba dari persiapan hingga penutupan terasa seperti tingkat nasional. Ini bukti keseriusan panitia, guru, dan peserta. Saya berharap kegiatan seperti ini terus berlanjut dalam seri berikutnya,” ungkap Irene.

Sementara itu, Armando Loho, M.Kom, Penanggung Jawab Kegiatan sekaligus Ketua Sanggar Kamang Wangko Woloan, menegaskan pentingnya cerita rakyat sebagai bagian dari identitas.

“Cerita rakyat adalah akar identitas Minahasa. Jika akar ini terputus, kita akan kehilangan arah. Karena itu, kegiatan ini bukan sekadar lomba, tetapi juga dokumentasi budaya agar bahasa Tombulu tetap hidup dan diwariskan kepada generasi mendatang. Inilah semangat dari tema kita: Merawat Akar, Menyemai Cerita,” tegas Armando.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *