JAKARTA, LENSA-INDO.COM – Kisah Santa Klaus telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Natal di berbagai belahan dunia. Berawal dari sosok nyata bernama Santo Nikolas, seorang uskup dari Myra (sekarang Turki) yang hidup pada abad ke-4, kisah ini berkembang menjadi simbol kebaikan dan kemurahan hati.
Santo Nikolas dikenal karena kedermawanannya, terutama kepada anak-anak dan keluarga miskin. Salah satu kisah yang paling terkenal adalah bagaimana ia diam-diam memberikan emas kepada tiga gadis miskin untuk menyelamatkan mereka dari perbudakan. Tindakan ini membuat Santo Nikolas dijuluki “pelindung anak-anak dan pelaut.”
Pada abad ke-16, tradisi memberikan hadiah yang terinspirasi dari Santo Nikolas mulai menyebar di Eropa, terutama di Belanda. Nama “Sinterklaas” digunakan oleh orang Belanda dan dibawa ke Amerika oleh para imigran. Di Amerika Serikat, “Sinterklaas” bertransformasi menjadi “Santa Claus” dengan penampilan modern yang kita kenal sekarang—seorang pria tua dengan janggut putih, memakai pakaian merah, dan membawa kantong hadiah.
Legenda ini semakin dipopulerkan oleh puisi A Visit from St. Nicholas (juga dikenal sebagai The Night Before Christmas) yang ditulis pada tahun 1823. Pada abad ke-20, citra Santa Klaus modern diperkuat oleh kampanye iklan, termasuk oleh perusahaan minuman terkenal, yang menggambarkan Santa Klaus sebagai sosok ceria dengan tubuh gempal dan wajah ramah.
Santa Klaus kini menjadi simbol semangat berbagi dan kebaikan selama musim Natal. Meski asal-usulnya berasal dari tradisi Kristen, pesan yang dibawanya bersifat universal: berbagi kebahagiaan kepada sesama.
Tagar: #SantaKlaus, #SejarahNatal, #LegendaSantoNikolas, #Natal2024, #TradisiNatal, #SantaKlausModern, #KisahKebaikan, #Sinterklaas, #BudayaNatal, #InspirasiKebaikan.